Penulis :
Peinina Ireine Nindatu
Dosen Program Studi Agribisnis STPK Banau Halmahera Barat
—————————————-
Hari yang penuh sukacita dan kemenangan itu sudah tiba. Semua Umat Islam merayakannya dengan mengikuti Solad Ied, berkumpul bersama keluarga dan menikmati suasana penuh kehangatan dengan kerabat, tetangga, rekan kerja dalam berbagai cara masing-masing
Kami berkeliling di Kota Jailolo di malam takbiran kemarin. Suara takbiran mengagungkan kebesaran Allah, berkumandang di berbagai masjid yang kami lewati. Salah satunya di Masjid Sigi Lamo yang letaknya berhadapan dengan Teluk Jailolo
Salah satu simbol yang kami temui adalah lampu lampu kecil yang dipasang sepanjang jalan tempat bermukim Umat Muslim, yang menandakan bahwa Idul Fitri akan tiba
Kalau di kampung halaman saya Hena Hatutelu Amaweluke, warga Muslim menyebutkan lampu lampu kecil itu, likur, jadi mulai dari 7 likur, ada 7 lampu dan berkurang menjadi 6 likur sampai 1 likur. Angka tersebut bermakna bahwa terisa 7 hari atau 1 hari lagi, Idul Fitri tiba
Beta jadi ingat tradisi setiap Idul Fitri dengan tetangga rasa saudara, Bapak Madi Tahudu, Mama Diah bersama anak anaknya, juga Caca Unga, Abang Irfan Tahudu, Imogen Irna Tahudu dan Ade Sarif Tahudu. Katong (Kita) selalu dapat kue lebaran dari balik pagar, huhu…begitu sapaan akrab yang selalu menyapa pagi kami, di saat lebaran tiba.
Jalan-jalan di Kota Jailolo menjadi semakin hidup karena lampu lampu kecil itu, umbul-umbul dengan lampu warna-warni semakin menambah indah kota ini.
Nah, jalanan sempat macet di pertigaan menuju pelabuhan Jailolo dan arah pasar. Wajar, yeah, karena warga berburu baju baru, sepatu baru, gamis, hijab dan perlengkapan lainnya yang akan digunakan dalam solad Ied pada hari kemenangan itu.
Wah, padat merayap, lautan orang. Berkat buat para penjual tetapi pembeli harus mengeluarkan uang lebih banyak dari biasanya. Salah satu warga dalam perbincangan singkat kami, menyampaikan bahwa “kita paitua suka celana yang di patung itu, tapi depe harga 250 ribu. Ampun pe mahal, tapi kalau kita tara beli, dia tara pake, jadi beli sudah. Ada lagi kita pe anak dua ni, musti beli pa dorang lagi, tapi bagitu sudah, ini depe hari, jadi biasa itu”
Saya menutup perbincangan singkat itu, selamat berburu bajunya Ibu, gas fool.
Suasana kebersamaan dan toleransi begitu kental di warga Jailolo. Kalau anda melewati perkampungan Muslim, ada lampu² kecil tadi, akan bersambung dengan simbol salib yang masih terpasang di sepanjang jalan perkampungan Kristen, karena baru saja merayakan Paskah. Pemandangan yang elok dan hidup dalam jiwa serta perilaku toleransi warga Muslim dan Kristen di Kota Jailolo. Amazing
Kesempatan ini juga, kami gunakan untuk bersilaturahmi ke kediaman Bupati Halmahera Barat, Bapak Djufri Muhamad di Desa Marimbati. Kedatangan kami bersama grup musik Yanger atau sering disebut musik dua tali, karena memang talinya hanya dua. Pak Wakil Bupati ikut memainkan alat musik dan bernnyanyi bersama kami. Tidak lama berselang, Bupati Halmahera Barat, Pak James Uang, juga bergabung serta semua SKPD, para legislator dan masyarakat lainnya
Tidak hanya pada level pimpinan, kami juga diminta warga Muslim di sekitar kediaman Pak Waki Bupati untuk memainkan musik Yanger dan lagu-lagu daerah sini. Wah, sebuah harmonisasi indah nan menyenangkan hati, menjadi laboratorium praktek relasi sosial masyarakat yang penuh perbedaan namun tetap satu, itulah Bhineka Tunggal Ika.
Perbedaan itu indah karena merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri umatNya
Selamat merayakan Idul Fitri kepada semua warga medsos, basudara Muslim yang merayakannya.
Mohon maaf lahir dan batin 🙏
