TERNATE, Opsinews.com – Kunjungan Menteri di Provinsi Maluku Utara, merupakan apresiasi oleh Pemerintah Provinsi, meskipun kunjungan tersebut terkesan lebih fokus pada hasil pengelolah pertambangan, namun tidak harus diabaikan pada sektor pembangunan, ekonomi, pertanian dan nelayan.
Hal tersebut menjadi sorotan oleh Ketua DPD GMNI Malut, Nimrod Lasa May, Selasa (22/6), sebab ada kecurigaan kunjungan para menteri, dan itu hanya melihat pada investasi pertambangan.
Maka sangat disayangkan..?
Maluku Utara merupakan negeri rempah-rempah yang hanya mampu memproduksi bahan baku, namun yang menjadi prioritas adalah industri pertambangan. Sehingga para petani dan pekerja lainnya terpaksa mengalihkan pekerjaan dan berbondong-bondong ke pertambangan.
“Ada kecurigaan kunjungan Menteri ke Maluku utara. Terlihat, lebih bernuansa kunjungan investasi pertambangan dibandingkan kunjungan kawasan pembangunan,” kata Nimrod
Nimrod menambahkan, apapun alasan kunjungan para Menteri, rakyat bersuka cita, penuh ekspektasi, dalam balutan ekonomi tumbuh 13.45 persen Q-1, namun kemiskinan semakin bertambah sebanyak 1,5 ribu orang. Walapun sebagian petani diuntungkan dengan kenaikan harga kopra tetapi cengkeh dan pala masih tetap stagnan, serta ikan menjadi sumber kemiskinan di provinsi yang dikelilingi laut ini.
“GMNI Malut Justru mendorong agar pemerintah dapat bangun industri rempah, supaya tenaga kerja rempah dapat hidup pada industri rempah, seperti apa yang dijelaskan Pak Dr. Mohtar Adam, Senin (21/6). Bahwa perlu ada kawasan-kawasan Industri rempah yang seharusnya dibangun oleh pemerintah,” tuturnya.
Nimrod bilang, kedatangan menteri tidak hanya pada wilayah Industri pertambangan dan pada wilayah kawasan, khususnya Ibu Kota Sofifi saja, namun seharusnya diagendakan untuk bangun kawasan Industri rempah. Sebab, Maluku Utara sesungguhnya tak perlu kirim kopra, cengkeh, pala, ikan keluar daerah dengan harga yang murah dan tidak harus membeli produk menjadi mahal, tetapi pemerintah harus hidupkan kembali negeri rempah dengan industrinya
“GMNI Maluku Utara secara tegas menyampaikan kebijakan kepada menteri, kami berharap atas nama pemulihan ekonomi, ajaklah kolaborasi para industri tambang, saling patungan bangun industri rempah, dari CSR yang di investasikan menjadi produktif. Bukan hanya itu, yang menjadi besar harapan kami bahwa, warisan rempah tidak menjadi cerita rakyat saja, tapi menjadi pelaku pasar yang handal dari geliatnya Pasific yang membutuhkan rempah,” ujarnya.
Selain itu harapan terbesar adalah hadirkan satu Kawasan Industri Rempah di negeri yang kita cintai ini “Maluku Utara”. Supaya kami terus menjadi motor ekonomi rempah bagi bangsa dan negara, bagi serambi ekonomi rempah di Pacifik. pungkasnya.
Penulis : Red
Editor : Nano